28 Nov 2015

Indonesia Menghadapi Tantangan Startup Tranched Investment


Indonesia Menghadapi Tantangan Startup Tranched InvestmentDalam dunia VC, entrepreneur yang sudah pernah menerima term sheet mungkin familier dengan istilah “tranched investment.” Istilah ini mengacu pada model investasi yang diberikan secara bertahap ketika startup mencapai target tertentu yang disepakati bersama.

Biasanya, tranched investment diterapkan untuk pendanaan yang bernilai besar, seperti seri B dan C. Sebagai contoh, perusahaan yang mendapatkan pendanaan seri B $4 juta (sekitar Rp54 miliar) mungkin hanya menerima $2 juta (sekitar Rp21 miliar) di awal. Sisanya akan dikirimkan saat perusahaan tersebut mencapai target atau KPI yang dinegosiasikan bersama investor.

Tranched investment bukanlah sesuatu yang banyak dibicarakan di dunia startup – mungkin karena startup cenderung fokus mendapatkan pendanaan dari VC tanpa berusaha menggali lebih dalam terlebih dahulu soal syarat dan ketentuan terkait pendanaan. Secara teori, tranched investment dapat mengurangi risiko finansial dan memberikan jaminan keamanan bagi investor.

Namun pada praktiknya, beberapa VC berpendapat bahwa tranched investment, khususnya pada tahap pendanaan awal dan seri A, bisa menjadi hal yang berbahaya. Beberapa sumber yang diwawancara Tech in Asia mengatakan bahwa tranched investment semakin populer belakangan ini, khususnya di Indonesia saat pendanaan tahap awal dan seri A semakin menjamur. Karena itu, isu ini menjadi kontroversial.

Ranjau di medan perang

Beberapa pendapat menyatakan bahwa model tranched investment buruk untuk investasi tahap awal. Salah satunya karena model ini membuat proses perekrutan menjadi lebih sulit. Bagaimana bisa seorang founder meyakinkan seseorang yang berbakat untuk bergabung dengan tim jika mereka harus jujur tentang jumlah uang yang mereka miliki di bank dan berapa lama bisnis dapat bertahan dengan uang yang terbatas itu?

Hal lain yang menjadi catatan adalah bahwa KPI dan target pencapaian seringkali harus berubah-ubah. Mengaitkan perencanaan permodalan dengan target, kemudian menyadari di tengah jalan bahwa ternyata target tersebut tidak realistis tentunya dapat mengakibatkan perkembangan perusahaan jadi terhambat. Dalam beberapa kasus, sistem seperti ini malah bisa menghalangi perusahaan untuk melakukan pivot saat diperlukan.


Pendapat lain juga menyatakan bahwa model ini dapat menciptakan hubungan yang tidak sehat antara founder dan investor. Saat pendanaan dikirimkan secara penuh, kedua belah pihak akan dipaksa untuk berada di pihak yang sama dan memastikan perusahaan untuk tumbuh. Hubungan keduanya akan lebih straightforward dan tidak berbelit-belit.

Saat pendanaan dikirimkan dengan model ini, founder akan terdorong untuk membuat perkembangan perusahaan terlihat meningkat dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, model ini mendorong founder untuk fokus menyenangkan investor, yang bisa saja menyebabkan founder kehilangan semangat juang, hanya menampilkan data-data positif, tidak meminta pertolongan saat membutuhkan, dan taktik-taktik buruk lainnya.

Chris Dixon, General Partner Andreessen Horowitz, percaya bahwa tranching dapat mengganggu fokus founder. “Entrepreneur dipaksa menghabiskan waktu untuk memastikan bahwa ia bisa mendapatkan dana tahap selanjutnya,” tulis Chris.

“Dalam banyak kasus, founder harus menghabiskan waktu untuk presentasi beberapa kali di hadapan VC (dan masing-masing presentasi membutuhkan waktu untuk persiapan). Selain itu, mereka akan berusaha mencari dana cadangan untuk berjaga-jaga seandainya VC memutuskan untuk tidak melanjutkan pendanaan, dan akhirnya mereka akan menghabiskan waktu untuk berbicara dengan investor potensial lain. Jadi intinya, tranching dapat membuang 20 persen waktu founder yang seharusnya bisa digunakan untuk memikirkan produk, marketing, dan lainnya.”

Chris Dixon menyarankan investor menggunakan cara lain untuk mengurangi risiko, seperti misalnya mengecilkan ukuran pendanaan atau valuasi.

Chris Dixon, General Partner Andreessen Horowitz.

Motivasi dan target fleksibel

Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures, VC pendanaan tahap awal di Asia Tenggara, mengakui terkadang perusahaannya juga menjalankan model tranched investment. “Ya, kami pernah melakukan hal itu. Namun bagi kami tranched investment bukanlah soal bagaimana meningkatkan keamanan investasi atau mengambil keuntungan saat startup di posisi sulit,” ia menjelaskan.

“Ketentuan yang kami berikan untuk startup bukanlah seperti, ‘jika kamu mencapai target, kamu akan mendapat valuasi yang sesuai’ atau ‘jika kamu tidak mencapai target, kami akan mendapatkan upside protection.”

Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures.
Willson mengatakan seringkali malah startup tidak mencapai target KPI yang ditetapkan di awal. Oleh karena itu, Willson menyatakan bahwa East Ventures menggunakan sistem tranching untuk membakar semangat founder. “Ketika kami memberikan tranched investment, kami melakukannya agar startup termotivasi,” ungkapnya. “Kami mengatakan bahwa kami akan memberikan investasi sejumlah ini, tetapi bila kamu bisa mencapai target lebih cepat, pendanaan lanjutan juga akan kami berikan lebih cepat.”
Andi Boediman, Managing Partner Ideosource, mengatakan bahwa ia kurang menyukai tranched investment untuk pendanaan yang jumlahnya kecil. “Saya tidak merekomendasikan penggunaan model tranching untuk pendanaan tahap awal atau seri A karena sulit mengukur tahapan-tahapan investasinya,” ungkapnya.

Andi S. Boediman, Managing Partner Ideosource.
“Dalam investasi yang jumlahnya besar, tranched investment lebih umum digunakan sebab perusahaan juga tidak langsung menghabiskan semua dana yang diberikan. Bila terjadi likuidasi dan kepemilikan perusahaan berpindah tangan – biasanya lebih dari 51 persen – tranched investment lebih umum lagi terjadi karena pembeli berusaha memastikan bahwa mereka mengakuisisi perusahaan yang baik tanpa ada masalah tersembunyi.”

Andi mengungkapkan bahwa Ideosource juga menggunakan model tranched investment di Indonesia. “Ya, kami menggunakannya beberapa kali, terutama di pendanaan-pendanaan yang jumlahnya besar,” katanya. “Bila nilai investasi tertulis dalam term sheet, maka baik perusahaan maupun investor harus komit terhadap investasi tersebut.”

Andi menegaskan bahwa setiap pendanaan itu berbeda-beda. Artinya, apa yang dianggap fair untuk sebuah startup belum tentu fair bagi startup lainnya. Ia menyatakan bahwa tak mungkin baginya untuk memberikan satu statement yang cocok untuk semua startup, karena itu ia menekankan pentingnya founder dan VC untuk mendiskusikan term investasi mereka di setiap tahapan.

Medan perang tranched investment

Chris Dixon mengatakan bahwa entrepreneur perlu memahami bahwa target yang tertulis di term sheet hanyalah sebuah panduan, dan pada akhirnya VC-lah yang menentukan apakah mereka akan memberikan pendanaan lanjutan atau tidak. Untuk alasan ini, ia berpendapat bahwa founder harus benar-benar memahami apa yang akan mereka hadapi dalam model tranched investment. Ia menulis:
Bayangkan sebuah skenario saat entrepreneur berhasil mencapai target yang ditetapkan namun karena alasan-alasan tertentu VC menjadi dingin dan tidak mau melanjutkan pembiayaan. Apa yang akan dilakukan oleh sang entrepreneur – menuntut VC? Pertama, mereka memiliki kantong yang lebih dalam daripada kamu, jadi yang mungkin terjadi adalah kamu akan tersedot dalam di pengadilan, sementara startup-mu jatuh ke lubang. Belum lagi ada kemungkinan kamu juga di-blacklist dari komunitas VC. Jadi pahamilah bahwa kontrak itu hanya berisi hak untuk menuntut di pengadilan, tidak lebih. Uang yang dapat kamu andalkan hanyalah uang yang sudah ada di rekening bank kamu.
“Ada banyak kejadian ketika VC menjanjikan tranched investment dan saat waktunya tahap pendanaan kedua diberikan, VC tidak memberikannya,” kata Willson. “Karena alasan itu, founder perlu melakukan sendiri background check terhadap VC yang hendak berinvestasi. Saya juga melihat kejadian ketika VC menjanjikan pendanaan tambahan namun dengan KPI yang tidak jelas, atau lebih buruk lagi, tidak ada KPI sama sekali. Hati-hati dengan pernyataan yang menuliskan kata ‘up to’ pada pengumuman pendanaan. Pasti ada syarat dan ketentuan yang terkait dengan penggunaan kata tersebut.”


Di Indonesia, putaran pendanaan seringkali tidak diumumkan ke publik. Mencari tahu mana yang tranched mana yang tidak merupakan hal yang sulit. Namun, satu hal yang pasti: founder harus memastikan dan berhati-hati saat hendak menerima term sheet berbentuk tranched investment. Lebih jauh lagi, founder juga perlu mempertimbangkan matang-matang bila hendak mengumumkan nilai investasi ke publik, khususnya bila uang investasi tersebut belum benar-benar diperoleh.


Sumber: techinasia

0 komentar

Post a Comment